Nurani Terbang Bersama Gemuruh
Pada gemuruh angin malam ini,
terdengar suara-suara kekalutan tak pernah henti
sebab ia sedang mencari ruang untuk meletakkan
kursi empuk yang berukir
suara itu seperti raungan yang siap menerjang
Jangan biarkan ia melahap semua angan serta impian
kita, yang telah terukir di dalam hati
juga terpahat disetiap lembar-lembar kerutan tubuh legam
yang selalau terbakar matahari
Ahoi, mengapa hatimu belati
dan ku ingin :
lelapmu menjadi kafan
kulitmu berbau anyir
pahatku menjadi peti
anganku adalah lahat
Oh, akulah hamba yang telah bosan dengan kata-kata
juga secerca janji yang selalu tanpa bukti
Duhai, gemuruh hadirlah ke hadapanku
menjelmalah kau menjadi malaikat
jangan kau senandungkan luka pada bait-bait angan kami
jadikanlah gemuruhmu segaris senyum
karna negeri ini telah mati dan tak tahu apa itu nurani
Rumah puisi 2008-03-19
KOMUNITAS HOME POETRY, lahir di gang baru, 5 Januari 2007, yang lalu. Pada sebuah rumah mungil, yang kemudian kami sebut dengan rumah puisi. Awalnya, hanya sebuah kerja penciptaan karya puisi, diskusi pun mengulasnya. Tidak mengenal lelah dan resah. Terkadang kami tembus ruang dan waktu. paGi ke pagi. Ah, di rumahnya Kami, RUMAH PUISI
Arsip Blog
- Mei (9)
- Maret (1)
- Desember (3)
- November (2)
- April (1)
- April (1)
- Maret (19)
- Februari (2)
- Juli (3)
- Oktober (5)
- Januari (2)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juni (3)
- April (2)
- Desember (3)
- Juni (1)
- Mei (1)
- Maret (2)
- Februari (2)
- Januari (1)
- Desember (1)
- Agustus (5)
- Juli (5)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- November (7)
- Juli (1)
- Juli (4)
- Juni (3)
- Mei (16)
- April (9)
- Maret (26)
- Februari (14)