PUISI M. YUNUS RANGKUTI
Parodi Diri
sebegitu lesatkah matahari berlalu luluh?
tanpa hangat menggeliat tubuh
guyur hujan di dinihari menggerimis hingga pagi
gigil dingin masih memilin
kita hilang gegas dikemas malas
pada beranda senja kita merenda kata
cerita purba menjelma di kepala
menyisa tanya hampa , “apa, mengapa dan bagaimana”
matahari melesap malampun mendekap
apakah kita masih berharap
mimpi membuai jadi berarti di esok hari
apa yang tersisa pada rentang siang?
rutinitas tak pernah tuntas,
resah tertumpah di jalan berbasah,
pesona pelangi menari mimpi,
atau kulik elang hilang peluang di ambang petang
tapi mengapa pagi berkali kita khianati?
2008
Pintu
pada bentang ruang waktu selalu ada pintu
di sebaliknya, entah apa
jangan salah melangkah, apalagi mengisengi diri
pintu akan mengunci hati
memerangkap dan memperdaya kita selamanya
2006
Topeng
topeng-topeng sedemikian rupa mengulit di wajah
orang-orang memeran adegan
seribu adegan, sejuta korban
sejuta korban, adegan kan berjalan
sejarah menggurat wajah
bak topeng-topeng erat melekat
2006
KOMUNITAS HOME POETRY, lahir di gang baru, 5 Januari 2007, yang lalu. Pada sebuah rumah mungil, yang kemudian kami sebut dengan rumah puisi. Awalnya, hanya sebuah kerja penciptaan karya puisi, diskusi pun mengulasnya. Tidak mengenal lelah dan resah. Terkadang kami tembus ruang dan waktu. paGi ke pagi. Ah, di rumahnya Kami, RUMAH PUISI
Arsip Blog
- Mei (9)
- Maret (1)
- Desember (3)
- November (2)
- April (1)
- April (1)
- Maret (19)
- Februari (2)
- Juli (3)
- Oktober (5)
- Januari (2)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juni (3)
- April (2)
- Desember (3)
- Juni (1)
- Mei (1)
- Maret (2)
- Februari (2)
- Januari (1)
- Desember (1)
- Agustus (5)
- Juli (5)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- November (7)
- Juli (1)
- Juli (4)
- Juni (3)
- Mei (16)
- April (9)
- Maret (26)
- Februari (14)