LIMA PENGGAL SAJAK KANGEN
(sekaligus untuk ultah tik dan fanni)
I.
seperti yang lalu juga. aku kembali berjalan
kaca jendela berembun.
kali ini dan kemarinnya dalam bis yang seperti dulu juga.
To’et memainkan accordionnya
lalu dari mulutnya yang tua. Matanya. kacanya
dan tubuh kurus. menyatu dalam nyanyian didong sepi
bagai hatiku, sepi yang sepi merindukan dekapmu
II.
seperti yang dulu jua [sedikitpun belum beranjak]
engkau, wajahmu lalu dekapmu. hangat dan damai
hilang timbul dalam kenangan. matahari itu di atas pagar
embun melayang. jauh ke bukit-bukit. ke batas pandangan
di dadanya, senyummu memancarkan sejuta makna
III.
dalam bis kali ini. angin menerpa wajah
ada Taufik Ismail yang tertidur, Siti Zainon Ismail diam merekam [kerinduan kampung Malaya seberang]
lalu, rindu itu. menyeretku padamu, seperti bayangan
begitu perih dan aku mabuk lagi.
persis Sutardji Cholzum Bachri kemarin [di-Sigli]
meninggalkan peluh buatmu
IV.
tidak salah kita merindukan.
menghitung-hitung pertemuan atau hanyut sendiri dalam keharuan [bulan dibalik daun, membagi sinarnya di pangkuan]
lalu, siapa yang bisa mengatur undang-undang.
membuka pintu buat kita ?
V.
seperti juga nikmat mimpi. berjalan berdekapan!
Asean Writers Seminar
Jabal ghafur 1986.
KOMUNITAS HOME POETRY, lahir di gang baru, 5 Januari 2007, yang lalu. Pada sebuah rumah mungil, yang kemudian kami sebut dengan rumah puisi. Awalnya, hanya sebuah kerja penciptaan karya puisi, diskusi pun mengulasnya. Tidak mengenal lelah dan resah. Terkadang kami tembus ruang dan waktu. paGi ke pagi. Ah, di rumahnya Kami, RUMAH PUISI
Arsip Blog
- Mei (9)
- Maret (1)
- Desember (3)
- November (2)
- April (1)
- April (1)
- Maret (19)
- Februari (2)
- Juli (3)
- Oktober (5)
- Januari (2)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juni (3)
- April (2)
- Desember (3)
- Juni (1)
- Mei (1)
- Maret (2)
- Februari (2)
- Januari (1)
- Desember (1)
- Agustus (5)
- Juli (5)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- November (7)
- Juli (1)
- Juli (4)
- Juni (3)
- Mei (16)
- April (9)
- Maret (26)
- Februari (14)