Arsip Blog

Kamis, 21 Februari 2008

Puisi Puisi Pusriza

Puisi-puisi Karya Pusriza

Jiwa-jiwa Membatu

Sayangnya kita hanya bercanda
mengunyah waktu menjadi kalimat bisu
kita gairahkan sajak-sajak kelu
padanya bersemayam semu
lantas, dapatkah melipur jiwa-jiwa
membatu
sementara zaman memanggul kita
pada laju

Marelan, September 2007


Lelaki yang Memanggul Purnama di Pundaknya

entah berapa peluh mengucur
sepanjang purnama di malam duka
entah berapa keluh melebur
setiap jiwa terluka
jalan-jalan sesak dengan tawa kaku
lalu menikung tangis anak merana
hingga membekas mata memerah
menghitung almanak di pundaknya

entah berapa lama lagi
lelaki itu memanggul purnama
walau air mata tak sudah-sudah
meniti pada nisan sukma

November 2007


Bocah Lampu Merah

Masih sanggupkah kita
melahap tarian bocah
pada jendela mobil
setengah menganga
atau bersungut senyum
di atas tunggangan roda dua
“tak tahu siapa, anak siapa?”
walau pupil memerah
barisan gigi menguning
roman pasi, badan mengurus
kulit mulus mendekil
“Masih sanggupkah kita?”

November 2007


Di sana Gadisku Berada

Di sana, kampung yang kusinggahi
di balik bukit barisan eru

pagi hari kicau prenjak bernyanyi
malamnya jangkrik berzikir takzim

tak ada kepulan asap jalan raya
atau hiruk pikuk kendaraan beroda
masih terdengar sungai tertawa
atau pepohonan melambai sumringah

November 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih anda telah meninggalkan komentar yang kami butuhkan selanjutnya kami akan menghubungi anda atas apresiasi yang diberikan, Salam