Arsip Blog

Jumat, 18 Maret 2016

Puisi-Puisi M.Raudah Jambak...

Puisi puisi M. Raudah Jambak

Tsaisheng

Kaulah itu yang menebar benih rezeki
Pada setiap langkah-langkah pasrah
Yang menuai segala gerah, dan
Tikus-tikus siap mengintai
di setiap lengah

7 Februari 2008

Chenzhou

Di kota ini, para migran menembus
Gunung-gunung salju dari sejarah
Yang paling dingin

Di kota ini, cahaya temaram dalam diam
Orang-orang kerontang berebut air
Sampai tetes paling akhir

Di kota ini, tahun bersambut pada
Suasana yang paling haru, rumah-rumah
Merapat mencari hangat

2008

Di Tianjin

Di Tianjin para tikus membangun kerajaannya
Orang-orang cemas, orang-orang gemas, sebab
Emas-emas raib dari brankas

2008

Puisi puisi M. Raudah Jambak

Kembang Kertas

Kurayakan lunar tanpa barongsai
Dan tarian naga. Kembang kertas berjajar
Pada rumah yang merapat berbanjar
Kurayakan lunar menghempang babi tanah
Yang menyeberang gunung, menghadang
Tikus api yang menembus gudang
Dan langit, dan bumi dan manusia
Tercatat pada kelopak kembang
Begitu memesona

Hong bao

Merah warna yang penuh pada gairah
Di setiap hati para bocah
Genggam tangan dengan erat, maka
Akan kau genggam mata uang berwarna coklat
Dan beberapa potong permen pengikat

2008

Ling Ling Namaku

Lama sudah kita menjaring cerita
Tentang budaya dan perbedaan warna
Tapi, tahukah kau hanya hati yang mampu
Menyatukan segala-menyatukan rasa
Ah, apalah artinya sebuah nama katamu
Dengan canda. Tapi, bagiku nama penting adanya
Tentang sebuah harkat maupun pembuktian
Kesungguhan sebuah cinta. Jangan ragu
Aku terlahir di negeri ini
Ling Ling namaku

2008-02-07

Puisi puisi M. Raudah Jambak

Ada Beda antara Kita

Usah resah maupun gundah tentang sebuah
Perbedaan antara kita. Apa itu salah?
Justru itulah kebanggaan adanya kesungguhan
Bukan topeng dari cinta yang dipaksakan
Kita memang lahir dari keluarga yang berbeda
Kita memang lahir dengan warna kulit yang berbeda
Kita memang lahir pada lingkungan budaya yang berbeda
Tapi, tahukah kau bahwa kita masih punya hati
Yang menyatukan segala beda antara kita
Dengan cinta

2008

Tahun Tikus

Setelah kemakmuran di tahun babi tanah pergi
Tikus-tikus apipun kembali menebar rezeki
Berharap mendapatkan sebuah kursi
Untuk memimpin negeri ini
Gunung-gunungpun berubah gudang-gudang
Tanah, air dan api menyatu
Angin tergugu menunggu

Setelah tahun babi tanah pergi, maka berkuasalah
Para tikus api menebar rezeki atau korupsi
Bertubi-tubi

2008-02-07

Happy Lunar New Year

Gong Xi Fa cai,
Mari samakan langkah
Membangun negeri tempat
Kita lahir dan dibesarkan
Satukan hati, singkirkan perbedaan

7 Februari 2008

Berilah Air Dari Tangan Keikhlasan
berilah air dari tangan keikhlasan,maka
kita akan selalu dicurahkan kemudahan
sebab, kasih tanpa syarat adalah
hidup yang penuh kedamaian
pada manusia
juga Tuhan

medan,06
Aku Hanya Menitipkan Bunga Ini Untukmu, Sahabat
Sahabat,
hanya setangkai bunga inilah yang dapat
kutitipkan padamu. tanamlah ia pada vas
hatimu yang bersemu biru
sebab, hanya ia yang mampu mewarnai hidup
agar lebih indah dan merona

Sahabat,
hanya setangkai bunga inilah yang dapat
kutitipkan padamu. rawatlah ia dengan
segenap kasih sayangmu
sebab, hanya ia yang mampu memberi kesegaran bagi hidup yang mengharu biru

Sahabat,
hanya setangkai bunga inilah yang dapat
kutitipkan padamu, ya setangkai bunga
cinta berwarna kedamaian

medan,06
Masa Depan Manusia
masa depan manusia adalah
pucuk dedaunan di puncak pepohonan
yang menghijau
sebab energi pupuk kebersamaan
bersih dari racun curiga
dan satwasangka

masa depan manusia adalah
buah ranum di reranting pepohonan
yang rimbun
sebab siraman segar air kebersamaan
mengalir dari mata air yang bersih
dan bening

masa depan manusia adalah
angin sejuk berhembus pada
pepohonan hati kita, makhluk
penjaga sah kelestarian hidup
dan kehidupan

medan,06
Demi Masa
aku kejar matahari tenggelam agar aku
tidak merasakan malam,
aku kejar kehendak hatiku untuk
kebahagiaanku,
tanpa sadar sekelilingku bukan siang lagi

aku pandang esok hari dengan sebuah ambisi
padahal aku hidup hanya beberapa jam lagi,
aku lupa mengucap syukur pagi tadi,
sekarang aku sudah mati dan tidak mampu
untuk menata hari depanku sekali lagi

aku lupa tersenyum,
sekarang mulutku sudah terkatub
aku lupa bertegur sapa,
sekarang aku diam bahasa
kisahku sudah selesai

hari ini adalah masa depanku
seharusnya aku peluk istriku
dan mencium dahi kedua anakku
sambil berjalan mampir kerumah ayah, ibuku
tapi, kisahku sudah selesai

kisahmu belum,
saat kau baca jeritan hatiku ini
hari ini, hari esok, mungkin milikmu,
jangan sia-siakan
pakai lututmu, pejamkan matamu, teduhkan hatimu,
mintalah Tuhan menuntunmu.

Siklus
Pernah kita beria di gelinjang kekanakan yang menggemaskan dengan celoteh tak bermakna.
Lalu bergolak dengan decak nakal keremajaan hidup oleh setumpuk kejahilan;
Trus tegak berlenggok menapak detak waktu yang masih terus berjajar kian banyak menyusur kedewasaan batas -batas hari yang tak mau surut.
Selalu ada cerita bergilir melintas di lorong nafas hidup tanpa mau permisi karna dia memang punya ruang untuk berlakon.
Kau dan aku mungkin lelah melonggok ke kisi peristiwa dengan tanya yang tak bersahut.
Galau, cemas, bingung dan takut adalah geliat angin yang mengusap jemarinya sebentar lalu pergi karna tersapu tawa.
Kadang memang tinggal mengendap di dada menoreh atau malah mencabik rasa.
Tapi mereka bukan keabadian yang memberi janji.
Karna di tiap simpang hidup yang luput dari pelupuk asa, selalu ada kuntum dari suatu janji bergantung dilipatan lutut dan tangan yang bergumam pada renungan doa.
Janji itu guratan pena Kudus dari tangan yang pernah terpaku, berlumur darah penebusan.
Suatu janji "Aku menyertai engkau senantiasa sampai pada akhir jaman.

M. Raudah Jambak, lahir di Medan-5 Januari 1972. Beberapa kegiatan yang pernah di kuti PEKSIMINAS III di TIM Jakarta (1995), work shop cerpen MASTERA, di Bogor (2003), Festival Teater Alternatif GKJ Awards, di Jakarta (2003) dan workshop teater alternatif, di TIM Jakarta (2003), Pameran dan Pergelaran Seni Se-Sumatera, di Taman Budaya Banda Aceh-Monolog (2004). Menyutradarai monolog "Indonesia Undercover" dalam seleksi Monolog 2005, di Taman Budaya Sumatera dalam rangka monolog nasional di Graha Bakti, Taman Ismail Marzuki. Karyanya selain di Medan juga pernah dimuat di Surat Kabar RAKYAT MERDE KA Jakarta dan Majalah SIASAH Malaysia,Majalah Horison Jakarta,Majalah Gong Jogja, BEN Jogja, Radio Nederland, Cyber sastra, Komunitas Sekolah Sumatera, RRI I Nusantara Medan, RRI Pro 2 FM, Bianglala dan surat kabar di Medan. Sering menjuarai lomba baca/cipta puisi, cerpen, dongeng, proklamasi dan juga Teater di Medan. Selain itu beberapa buku yang memuat karyanya jugasudahterbit,misalanya:MUARATIGA (antologi cerpen-puisi/Indonesia-Malaysia), 50 Botol Infus (Teater LKK IKIP Medan), KECAMUK (antologi pusi bersama SyahrilOK), TENGOK (antologi puisipenyair Medan), SERATUS UNTAI BIJI TASBIH (antologi puisi bersama A.Parmonangan), OMONG-OMONG SASTRA 25 TAHUN (antologi esay), MEDITASI (antologi puisi tunggal), AMUK GELOMBANG (sejumlah puisi elegi penyair Sumatera Utara, Ragam Sunyi Tsunami (kumpulan puisi, Balai bahasa Sumut)dan Perempuan berhati gerimis .Tembang Bukit Kapur (Penerbit Escava, Jakarta, 2007), Kumpulan cerpen Ranesi (Grasindo, 2007) Medan Sastra (DKSU, 2007), Jelajah (2003), Jogja 5,9 RC (antologi Puisi Jogja, 2006), Medan Puisi (2006) Sekarang ini aktif di Sanggar GENERASI Medan. Saat ini bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, Panca Budi,Budi Utomo dan UNIMED,serta anggota HISKI Sumut (2005-2008) . Kepala Biro Sastra Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN)Wil.Sum. Alamat kontak-Taman Budaya SumateraUtara, Jl.Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan