Arsip Blog

Selasa, 15 April 2008

PENYAIR INDONESIA

Hidayat Banjar

Negeri Alpabet Porak-poranda

kitalah penyayang sekaligus pemerkosa
warga negeri alpabet
mempermainkannya di perut
dan melompat ke mulut

kitalah sang penguasa negeri alpabet
yang demi menegakkan panji keakuan
menjungkirbalikkan seluruh makna
dan Tuhan terheran-heran
makhluk ciptaan mengaku pencipta

negeri alpabet porak-poranda
oleh tangan dan mulut-mulut yang merasa tuhan

Akhir Januari 2007

Hidayat Banjar

Rumah Pura-pura

rumah yang dibangun
dengan pondasi pura-pura
hanya melahirkan cerita duka
cinta-cinta yang hambar
anak-anak yang samar

bagai pelaut terkutuk
nakhoda lupa daratan
kapal tak dapat sandar
terus berputar
dari samudra satu ke samudra lain

sekali waktu aku bertanya:
apa yang kau cari kawan
berlayar dengan tubuh dibalut topeng
nakhoda menjawab
hanya dengan kepala menggeleng

Medan Awal Mei 2006


Hidayat Banjar

Rindu Memayungi Hari-hari

dibiarkannya rindu memayungi hari-hari
dalam nestapa daun-daun berharap
sentuhan embun
setelah malam larut sekali

tak tersisa sedikit pun mata air
semua menguap ke angkasa
meninggalkan parau
dari dahaga teramat panjang

entah kenapa kenangan di pantai itu
jadi titik kian mengabur

burung-burung pantai pun bernyanyi sendiri

Akhir Januari 2007


Hidayat Banjar

Bebayang dari Negeri Entah

sipongang hewan malam sesayup
sampaikan kabar sesuatu yang mengabur
dari negeri entah berkelebat bebayang
membawa rasa yang sudah berabad tak dikenalinya
berkeloneng jualah sang hati

di jomblang
pantai itu memanggilnya kuat
untuk berpaut memeluk harap
sampai di medan, ia seperti edan
bebayang terus berkelebat memanggil
ketika disahut, wujud menghablur-hablur
duh

Awal Februari 2007


Hidayat Banjar

Menanti Waktu

berlapis-lapis rindu tumpah di dermaga
kapal tak berlayar
laut dirundung badai
dan kita terbang mengambang
hening memeluk peluh sendiri

angin mengirimkan kabar
dari syair-syair lapuk
tak laku dijual
meski di pasar loak
lumpuh lah lumpuh sandaran jiwa

di mana tempat berteduh
rumah-rumah rubuh
lalu ikhlas di tepian malam

perindu, syair dan buku-buku
memang sahabat sejati

ada bisikan dari sekumpulan sajak abadi
mengisahkan tentang jalan berliku
ranjang maha luas
berpegang pada arus nasib
dedaun dan pohon-pohon
menanti waktu

Awal Februari 2007


Hidayat Banjar

Fatamorgana

pernahkan kau menatap tanah menghitam
itulah hati dendam rindu
bumi yang berharap siraman hujan
dermaga tak lagi disinggahi, bernyanyi sendiri

pasir terombang-ambing dihempas ombak
riwayatkan gelora mengambang pasang

sebermula di jomblang
hanyut dalam debar jantung

dalam pertemuan sekejab
cahaya jauh mengembara
ke tengah samudra hindia

badai menghantam segala rasa, beku
menggamit tangan sedekap
hanya fatamorgana

Awal Februari 2007


Hidayat Banjar

Valentino Tak Kan Menangis

valentino tak kan menangis
air matanya habis
terbawa banjir dan tanah longsor
seketika manusia jadi bangkai
yang hidup tinggal papa

mata air dari air mata para papa
mengalir ke bak-bak penampungan sang cukong
kemudian berubah jadi istana, permata dan betina
pemuas syahwat kaum hedon

valentino tak kan menangis
kasih sayang adam pada hawa
bukannya diwarisi hingga ke anak cucu
kabil si pejantan merenggut
dan mengubahnya jadi nafsu hewani
yang mengalirkan darah dan nanah
ngakaklah setan-setan di cakrawala

jakarta, medan dan kota-kota besar tergenang
membawa kabar tentang pohon terluka
darah... darah... darah amis dan kecut
sejarah terus berulang
sejak kabil membaui daging
dan melupakan habil sebagai saudara

valentino tak kan menangis
tak kan berteriak
air mata dan suaranya diredam
gemuruh bah dan balok-balok kematian
duka apalagi saudara
yang akan diwariskan para kabil
di negeri yang penuh bencana ini

Medan, Awal Maret 2007


Hidayat Banjar

Ke Mana Saja

entah di mana muaranya
akankah sampai ke pelabuhan
aku tak kan bertanya lagi
kedangkalan manusiaku menjelajah
makna kasih-Nya Maha Luas dan dalam
adalah utopia

ya, yang terbaik bagiku
bersandar pada arus yang membawa
perahu kecil dan oleng ini
ke mana saja

Medan Akhir Mei 2007


Hidayat Banjar

Kesasar

pertemuan ini cukuplah membasuh
dahaga teramat panjang
meski tak tuntas
biarkan jadi riwayat burung-burung malam
yang kesasar mencari sangkar
gelap memang kerap
membuat pekat segala harap


Akhir Mei 2007


Hidayat Banjar

Kenagan

telah kubiarkan kenangan memosil
tapi kau buka katup kebekuan
akhirnya meleleh
menggenangi jalan-jalanku
dan kau terkekeh menontonnya

berkali-kali kumohon sudilah membantu
menutup rapat semua pori
agar kenangan yang menggiring kita
pada cinta anak sekolahan
tak menjadikan kau dan aku pendosa
tapi tak kau hiraukan

sepi jualah yang mengantarkan
hari-harimu ke pelabuhan waktu
gosong jualah jiwaku
terpanggang api rindu

Akhir Mei 2007