Hidayat Banjar
Negeri Alpabet Porak-poranda
kitalah penyayang sekaligus pemerkosa
warga negeri alpabet
mempermainkannya di perut
dan melompat ke mulut
kitalah sang penguasa negeri alpabet
yang demi menegakkan panji keakuan
menjungkirbalikkan seluruh makna
dan Tuhan terheran-heran
makhluk ciptaan mengaku pencipta
negeri alpabet porak-poranda
oleh tangan dan mulut-mulut yang merasa tuhan
Akhir Januari 2007
Hidayat Banjar
Rumah Pura-pura
rumah yang dibangun
dengan pondasi pura-pura
hanya melahirkan cerita duka
cinta-cinta yang hambar
anak-anak yang samar
bagai pelaut terkutuk
nakhoda lupa daratan
kapal tak dapat sandar
terus berputar
dari samudra satu ke samudra lain
sekali waktu aku bertanya:
apa yang kau cari kawan
berlayar dengan tubuh dibalut topeng
nakhoda menjawab
hanya dengan kepala menggeleng
Medan Awal Mei 2006
Hidayat Banjar
Rindu Memayungi Hari-hari
dibiarkannya rindu memayungi hari-hari
dalam nestapa daun-daun berharap
sentuhan embun
setelah malam larut sekali
tak tersisa sedikit pun mata air
semua menguap ke angkasa
meninggalkan parau
dari dahaga teramat panjang
entah kenapa kenangan di pantai itu
jadi titik kian mengabur
burung-burung pantai pun bernyanyi sendiri
Akhir Januari 2007
Hidayat Banjar
Bebayang dari Negeri Entah
sipongang hewan malam sesayup
sampaikan kabar sesuatu yang mengabur
dari negeri entah berkelebat bebayang
membawa rasa yang sudah berabad tak dikenalinya
berkeloneng jualah sang hati
di jomblang
pantai itu memanggilnya kuat
untuk berpaut memeluk harap
sampai di medan, ia seperti edan
bebayang terus berkelebat memanggil
ketika disahut, wujud menghablur-hablur
duh
Awal Februari 2007
Hidayat Banjar
Menanti Waktu
berlapis-lapis rindu tumpah di dermaga
kapal tak berlayar
laut dirundung badai
dan kita terbang mengambang
hening memeluk peluh sendiri
angin mengirimkan kabar
dari syair-syair lapuk
tak laku dijual
meski di pasar loak
lumpuh lah lumpuh sandaran jiwa
di mana tempat berteduh
rumah-rumah rubuh
lalu ikhlas di tepian malam
perindu, syair dan buku-buku
memang sahabat sejati
ada bisikan dari sekumpulan sajak abadi
mengisahkan tentang jalan berliku
ranjang maha luas
berpegang pada arus nasib
dedaun dan pohon-pohon
menanti waktu
Awal Februari 2007
Hidayat Banjar
Fatamorgana
pernahkan kau menatap tanah menghitam
itulah hati dendam rindu
bumi yang berharap siraman hujan
dermaga tak lagi disinggahi, bernyanyi sendiri
pasir terombang-ambing dihempas ombak
riwayatkan gelora mengambang pasang
sebermula di jomblang
hanyut dalam debar jantung
dalam pertemuan sekejab
cahaya jauh mengembara
ke tengah samudra hindia
badai menghantam segala rasa, beku
menggamit tangan sedekap
hanya fatamorgana
Awal Februari 2007
Hidayat Banjar
Valentino Tak Kan Menangis
valentino tak kan menangis
air matanya habis
terbawa banjir dan tanah longsor
seketika manusia jadi bangkai
yang hidup tinggal papa
mata air dari air mata para papa
mengalir ke bak-bak penampungan sang cukong
kemudian berubah jadi istana, permata dan betina
pemuas syahwat kaum hedon
valentino tak kan menangis
kasih sayang adam pada hawa
bukannya diwarisi hingga ke anak cucu
kabil si pejantan merenggut
dan mengubahnya jadi nafsu hewani
yang mengalirkan darah dan nanah
ngakaklah setan-setan di cakrawala
jakarta, medan dan kota-kota besar tergenang
membawa kabar tentang pohon terluka
darah... darah... darah amis dan kecut
sejarah terus berulang
sejak kabil membaui daging
dan melupakan habil sebagai saudara
valentino tak kan menangis
tak kan berteriak
air mata dan suaranya diredam
gemuruh bah dan balok-balok kematian
duka apalagi saudara
yang akan diwariskan para kabil
di negeri yang penuh bencana ini
Medan, Awal Maret 2007
Hidayat Banjar
Ke Mana Saja
entah di mana muaranya
akankah sampai ke pelabuhan
aku tak kan bertanya lagi
kedangkalan manusiaku menjelajah
makna kasih-Nya Maha Luas dan dalam
adalah utopia
ya, yang terbaik bagiku
bersandar pada arus yang membawa
perahu kecil dan oleng ini
ke mana saja
Medan Akhir Mei 2007
Hidayat Banjar
Kesasar
pertemuan ini cukuplah membasuh
dahaga teramat panjang
meski tak tuntas
biarkan jadi riwayat burung-burung malam
yang kesasar mencari sangkar
gelap memang kerap
membuat pekat segala harap
Akhir Mei 2007
Hidayat Banjar
Kenagan
telah kubiarkan kenangan memosil
tapi kau buka katup kebekuan
akhirnya meleleh
menggenangi jalan-jalanku
dan kau terkekeh menontonnya
berkali-kali kumohon sudilah membantu
menutup rapat semua pori
agar kenangan yang menggiring kita
pada cinta anak sekolahan
tak menjadikan kau dan aku pendosa
tapi tak kau hiraukan
sepi jualah yang mengantarkan
hari-harimu ke pelabuhan waktu
gosong jualah jiwaku
terpanggang api rindu
Akhir Mei 2007
KOMUNITAS HOME POETRY, lahir di gang baru, 5 Januari 2007, yang lalu. Pada sebuah rumah mungil, yang kemudian kami sebut dengan rumah puisi. Awalnya, hanya sebuah kerja penciptaan karya puisi, diskusi pun mengulasnya. Tidak mengenal lelah dan resah. Terkadang kami tembus ruang dan waktu. paGi ke pagi. Ah, di rumahnya Kami, RUMAH PUISI
Arsip Blog
- Mei (9)
- Maret (1)
- Desember (3)
- November (2)
- April (1)
- April (1)
- Maret (19)
- Februari (2)
- Juli (3)
- Oktober (5)
- Januari (2)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juni (3)
- April (2)
- Desember (3)
- Juni (1)
- Mei (1)
- Maret (2)
- Februari (2)
- Januari (1)
- Desember (1)
- Agustus (5)
- Juli (5)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- November (7)
- Juli (1)
- Juli (4)
- Juni (3)
- Mei (16)
- April (9)
- Maret (26)
- Februari (14)